IMG-LOGO
Home Advertorial Anak Jalanan Gores Mobil Warga, DPRD Samarinda Desak Penanganan Sistemik
advertorial | DPRD Samarinda

Anak Jalanan Gores Mobil Warga, DPRD Samarinda Desak Penanganan Sistemik

oleh Mikhail - 22 Mei 2025 23:17 WITA
IMG
Ketua Komisi I DPRD Samarinda, Samri Shaputra. (ist)

POPNEWS.ID, SAMARINDA - Maraknya keberadaan anak jalanan dan pengemis di sejumlah persimpangan Samarinda, termasuk kasus penggoresan mobil oleh anak-anak penjual tisu, kembali menjadi sorotan tajam DPRD Kota.


Ketua Komisi I DPRD Samarinda, Samri Shaputra, menegaskan perlunya penanganan yang lebih sistematis, bukan sekadar penertiban.

“Ini bukan sekadar soal ketertiban, tapi soal minimnya dukungan anggaran dan infrastruktur untuk menangani anak-anak ini setelah mereka ditertibkan,” kata Samri, Rabu (21/5/2025), menanggapi penindakan Satpol PP terhadap anak jalanan yang merusak kendaraan di Simpang Tiga Meranti.

Menurut laporan Satpol PP Samarinda, sejumlah anak tertangkap usai laporan warga terkait perilaku agresif saat berjualan tisu di lampu merah.


Salah satu pelaku menggores mobil pengendara yang menolak membeli, namun sempat melarikan diri sebelum diamankan.

Kepala Satpol PP, Anis Siswantini, menyebut anak-anak yang diamankan telah menjalani asesmen bersama orang tua, dan diminta membuat pernyataan tidak mengulangi perbuatan.


“Kami minta orang tua ikut ambil bagian dalam membina anak-anak mereka,” ujarnya.

Namun, menurut Samri, langkah semacam itu tidak cukup.


Ia menyoroti absennya rumah penampungan serta tidak tersedianya anggaran untuk makan dan operasional bagi anak-anak yang ditertibkan.

“Masalahnya bukan hanya soal patroli. Setelah mereka diamankan, kita mau taruh di mana? Apa Pemkot sudah siapkan anggarannya?” ucap Samri.

Ia mendorong Pemkot Samarinda menyusun kebijakan terpadu yang mencakup pengadaan rumah singgah, program pembinaan sosial, serta dukungan dana berkelanjutan agar penanganan anak jalanan tidak terus bersifat reaktif.

Selain itu, masyarakat juga diimbau tidak memberi uang langsung kepada anak jalanan atau pengemis untuk memutus siklus ketergantungan terhadap kehidupan jalanan.

“Ini bukan soal tidak punya empati, tapi kalau tidak ada yang memberi, mereka akan berhenti. Kita harus bantu mereka keluar dari jalan, bukan justru menguatkan mereka bertahan di sana,” tutup Samri. (adv)