POPNEWS.ID - Meski pembangunan fisik Terowongan Samarinda telah dinyatakan rampung 100 persen, masyarakat masih harus bersabar sebelum dapat menggunakannya. Pemkot Samarinda memilih menunda pembukaan akses demi memastikan seluruh aspek keselamatan, menyusul terjadinya longsor di sisi inlet Jalan Alimuddin.
Penundaan penggunaan terowongan samarinda dinilai sebagai bentuk kehati-hatian, mengingat proyek infrastruktur tersebut menelan anggaran besar, yakni Rp395 miliar. Dengan nilai investasi sebesar itu, pembukaan terowongan tanpa jaminan keamanan dipandang terlalu berisiko.
“Fisiknya memang selesai, tapi bukan berarti langsung bisa digunakan. Kami masih fokus pada penguatan lereng dan perlindungan terhadap potensi bencana,” ujar Prasetyo Nur, Kepala Teknis Proyek.
Ia menjelaskan, struktur tanah dan kemiringan area sekitar inlet menjadi perhatian utama. Gejala retakan sudah mulai muncul sejak Februari 2025. Merespons hal itu, tim proyek langsung melakukan investigasi geoteknik dan uji tanah.
“Dari hasil analisis, akan ada tambahan struktur perpanjangan terowongan sepanjang 72 meter di inlet dan outlet untuk memperkuat daya dukung lereng,” jelasnya.
Prasetyo mengungkapkan bahwa pekerjaan tahap pertama ditargetkan selesai Desember 2025. Namun demikian, seluruh tindakan teknis tetap akan menyesuaikan dengan rekomendasi Pemkot Samarinda dan Kementerian PUPR.
Ia menambahkan, saat ini tim tengah merampungkan desain penguatan yang akan diserahkan kepada pemerintah pada bulan Juli untuk mendapatkan keputusan final terkait pelandaian lereng.
“Ini soal keselamatan publik. Lebih baik menunda sementara daripada membuka fasilitas yang belum siap sepenuhnya,” tegasnya.
Terowongan Samarinda digadang-gadang sebagai solusi permanen atas kemacetan di sejumlah titik Kota Samarina. Teroowngan ini dikenal sebagai Terowongan Selili, adalah sebuah terowongan yang menghubungkan Jalan Sultan Alimuddin dengan Jalan Kakap di Kota Samarinda, Kalimantan Timur.
(Redaksi)